Pria pasif-agresif adalah tipe yang menghindari tanggung jawab dan konflik melalui kepasifan dan penarikan diri.
Mereka terkesan pria baik yang menarik perhatian pasangan, tapi begitu pasangan sudah berada dalam genggaman, mereka berbalik menjadi orang yang suka mengendalikan.
Siapa pun bisa jadi korban pria dengan perilaku pengendalian seperti ini.
Tetapi kadang-kadang orang tidak menyadari bahwa dia telah jadi korban.
Jadi, kenali beberapa tanda untuk mengidentifikasi pria pasif-agresif.
1.
Takut konflik Dia akan melakukan apa saja agar tidak berdebat dengan pasangan.
Dia tahu bahwa kemarahan tidak dapat diterima.
Jadi, dia tidak akan mengungkapkan kemarahan dengan cara yang terbuka dan jujur.
Pria seperti ini biasanya memiliki hubungan yang menghindari pemecahan masalah, menghindari tanggung jawab atas masalah dalam hubungan, dan menghindari membuat hubungan makin dekat.
2.
Ucapan tidak sesuai dengan kenyataan Ketakutannya akan konflik berarti menghukum pasangannya dengan cara terselubung untuk sesuatu yang diminta darinya.
Apa cara yang lebih baik untuk menghukum selain menahan sesuatu yang dia tahu sangat diinginkan pasangan? 3.
Sering merasa jadi korban Orang malang ini tidak bisa menang.
Ketika dia tidak muncul untuk janji kencan makan malam, dia merasa pasangannya tak boleh kesal.
Dia bisa saja mengangkat ponselnya dan menelepon, tetapi menelepon tidak semenyenangkan membiarkan duduk dan menunggu.
Ketika pasangan marah karena menunggu, dia akan menghukum dan menyalahkan.
Dia berperan sebagaui pria baik yang menjadi korban dari wanita tidak masuk akal yang berharap terlalu banyak darinya.
4.
Pelupa Dia lupa hari ulang tahun, hari jadi, atau apapun yang penting bagimu.
Tapi jika dia butuh sesuatu, misalnya ingin mengundang teman-teman kerjanya, dia akan memberi tahu sehari sebelumnya.
Walhasil, pasangan hanya punya waktu beberapa jam untuk mempersiapkannya, yang seharusnya butuh waktu beberapa hari.
5.
Diam tapi penakut Mereka menginginkan pasangannya, tetapi mereka tidak ingin terikat.
Dia punya konflik dengan dirinya sendiri untuk mengejar dan kemudian menjauhkan diri.
Menurut Scott Wetlzer, penulis Living With The Passive-Aggressive Man, pria pasif-agresif tidak yakin akan otonominya dan takut sendirian.
Dia melawan kebutuhan ketergantungannya, biasanya dengan mencoba mengendalikan pasangan.
Dia ingin pasangan berpikir bahwa dia tidak bergantung, tetapi dia mengikat dirinya lebih dekat daripada yang ingin dia akui.
Hebatnya, dia membuat pasangannya bertahan dengan melakukan hal-hal yang kadang-kadang bertolak belakang.
Pria pasif-agresif sangat pandai tampil tenang, dingin, dan tenang saat pasangan pergi jauh.
Bukan niatnya untuk membuat frustrasi, menyinggung, atau membuat merasa bersalah; dia benar-benar hanya ingin membantu.
Masalahnya adalah jenis bantuan yang dia tawarkan ada harganya.
Dia memiliki harapan yang tidak dapat dia ungkapkan secara terbuka, dan ketika pasangan tidak memenuhi harapan itu, dia akan menghukum.
YOUR TANGO