Analis JP Morgan Chase & Co, Natasha Kaneva memprediksi harga minyak dunia bisa terus meroket dan menembus level US$ 380 per barel jika krisis minyak terjadi.
Hal ini tak lepas dari kondisi terakhir yang menunjukkan bahwa Rusia mampu memangkas produksi minyak mentah harian sebesar 5 juta barel tanpa mengganggu perekonomian.
Hal tersebut dapat dilakukan karena posisi fiskal Moskow yang kuat.
Namun, kata Kaneva, untuk sebagian besar negara lainnya, hal ini dapat menjadi bencana dan menyebabkan harga minyak melesat ke level yang disebut stratosfer.
Ia meramalkan saat itu harga minyak global bisa melonjak ke US$ 380 per barel.
“Risiko yang paling jelas dan mungkin dengan pembatasan harga adalah bahwa Rusia mungkin memilih untuk tidak berpartisipasi dan malah membalas dengan mengurangi ekspor.
Ketatnya pasar minyak global ada di pihak Rusia,” ujar Natasha dikutip dari Bloomberg, Sabtu, 2 Juli 2022.
Oleh karena itu, saat ini negara-negara G7 tengah menyusun mekanisme untuk membatasi harga minyak agar tidak melambung tinggi.
Adapun harga minyak dunia masih terus merangkak akibat imbas sanksi AS dan Eropa yang memboikot pasokan minyak dari Rusia.
Mengutip data Bloomberg, Sabtu, 2 Juli 2022, pukul 09.20 WIB, harga minyak WTI Crude Oil untuk kontrak Agustus 2022 naik 2,52 persen menjadi US$ 108,43 per barel.
Sementara itu, harga minyak Brent untuk kontrak September 2022 juga menguat 2,38 persen ke US$ 111,63 per barel.