2 Jenis Empty Sella Syndrome, Apa Bedanya?

Empty sella syndrome tergolong penyakit langka yang menyerang otak.

Kondisi ini berhubungan dengan sella tursika, lekukan di tulang sphenoid dasar tengkorak yang mengelilingi dan melindungi kelenjar pituitari.

Merujuk Cleveland Clinic, pituitari kelenjar kecil di dasar otak manusia di bawah hipotalamus, ini bagian dari sistem endokrin yang berfungsi membuat berbagai hormon penting.

Produksi hormon ini nantinya berfungsi untuk mempengaruhi dan mengendalikan kelenjar lain dalam sistem endokrin tubuh.

Orang yang mengalami empty sella syndrome, biasanya kelenjar pituitari lebih kecil.

Bahkan dalam beberapa kasus, kelenjar pituitari tak tampak saat tes pencitraan.

1.

Empty sella syndrome primer Mengutip Healthline, empty sella syndrome primer tidak bisa diidentifikasi penyebabnya.

Tapi, mungkin terkait kelainan di diafragma sellae, membran yang menutupi sella tursika.

Menurut Organisasi Nasional untuk Gangguan Langka (NORD), empty sella syndrome juga mempengaruhi sekitar empat kali lebih banyak wanita daripada pria.

Wanita yang mengalami sindrom ini cenderung berumur paruh baya, obesitas, dan riwayat tekanan darah tinggi.

Sebagian besar kasus empty sella syndrome tidak terdiagnosis, karena minim gejala yang tampak, sehingga sulit untuk menjelaskan jenis kelamin, obesitas, usia, atau tekanan darah sebagai faktor risiko.

2.

Empty sella syndrome sekunder Empty sella syndrome sekunder biasanya disebabkan kondisi mendasar yang mengubah anatomi kelenjar pituitari ataupun sella tursika yang bisa diidentifikasi.

Penyebabnya antara lain, trauma kepala, infeksi tumor hipofisis, terapi radiasi atau pembedahan kelenjar pituitari.

Kondisi yang berhubungan dengan otak atau kelenjar pituitari, seperti sindrom sheehan, hipertensi intrakranial, neurosarcoidosis, atau hipofisitis.

Merujuk WebMD, beberapa dokter berpendapat kurang dari 1 persen orang dengan empty sella syndrome menunjukkan gejala atau gangguan tertentu.

Jika pun ada, gejala paling umum hanya sakit kepala, tekanan darah tinggi, kelelahan, impotensi (pria), rendah gairah seks.

Tidak ada periode menstruasi atau tak teratur (wanita), infertilitas, perasaan tertekan di dalam tengkorak, cairan tulang belakang bocor dari hidung, pembengkakan di mata, dan penglihatan kabur.

Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *